Zinesport
Add Post Menu
Dentuman itu Meratakan Pulau dan Ubah Warna Langit Eropa - Krakatau 1883

Dentuman itu Meratakan Pulau dan Ubah Warna Langit Eropa - Krakatau 1883

Akhir Agustus 1883, sebuah pulau kecil di Selat Sunda mulai berdenyut seperti mesin pemompa vulkanik raksasa. Tekanan bumi naik ke permukaan, menembus tubuh gunung itu, mendorong kolom abu yang menembus langit tropis.

Tahukah kamu, Bumi pernah benar-benar diselimuti abu vulkanik—begitu pekat hingga cahaya matahari redup berhari-hari? Bukan satu malam, bukan dua, tapi berminggu-minggu atmosfer dunia berubah menjadi tirai gelap akibat satu ledakan gunung saja.

Akhir Agustus 1883, sebuah pulau kecil di Selat Sunda mulai berdenyut seperti mesin pemompa vulkanik raksasa. Tekanan bumi naik ke permukaan, menembus tubuh gunung itu, mendorong kolom abu yang menembus langit tropis. Namanya Krakatau—gunung yang tidak sekadar meletus. Ia pecah.

Pada 27 Agustus, dentuman terbesarnya terjadi. Gelombang udaranya bergerak seperti dinding tak terlihat, memecahkan jendela hingga jarak ratusan kilometer. Instrumen cuaca di berbagai belahan dunia merekam lonjakan tekanan udara yang berulang, seolah planet ini ikut menahan napas. Suara letusannya menjalar ribuan kilometer, menjadi salah satu suara paling keras yang pernah tercatat dalam sejarah geologi.

Krakatau runtuh ke dalam dirinya sendiri. Pulau itu patah, meninggalkan cekungan besar yang memaksa laut bangkit dalam bentuk tsunami. Pesisir Jawa–Sumatra tersapu dalam hitungan menit. Ribuan orang hilang sebelum sempat memahami apa yang sedang menghampiri mereka—gelombang yang lahir dari kehancuran sebuah pulau.

Menurut ahli geologi Simon Winchester, daya ledak Krakatau diperkirakan setara 30.000 kali bom atom Hiroshima–Nagasaki. Ahli vulkanologi ITB, Dr. Eng. Mirzam Abdurrachman, mencatat bahwa rangkaian letusan dimulai pada 26 Agustus dan mencapai puncak destruktifnya pada 27 Agustus, dengan kekuatan VEI 6, satu tingkat di bawah kategori letusan super.

Setelah itu, langit dunia berubah. Matahari memudar. Senja di negara-negara Eropa ikut berubah warna, direkam para pelukis sebagai cahaya merah darah yang tak pernah mereka lihat sebelumnya. Partikel abu Krakatau naik ke atmosfer atas, menumpang angin global, dan mengubah warna langit dunia selama berminggu-minggu.

Dentuman itu tetap menjadi pengingat: satu gunung saja bisa mengubah wajah langit seluruh planet.

Dentuman itu tetap menjadi pengingat: satu gunung saja bisa mengubah wajah langit seluruh planet.

 

Penulis:

Editor: Erniyati Khalida