Bayangkan sebuah bara kecil di tumpukan jerami kering — satu percikan saja bisa membuatnya membara. Itulah yang terjadi di Kabupaten Pati pada Agustus 2025.
1. Tantangan 50 Ribu Massa dari Bupati

Seorang Pemuda menanggapi tantangan pejabat daerah
Pada 5 Agustus 2025, sebuah video Bupati Sudewo tersebar luas di media sosial. Dalam video itu, ia menanggapi rencana aksi protes dengan nada menantang:
"Kalau 5.000 orang masih terlalu sedikit, 50.000 pun saya tak gentar!"
Pernyataan ini, yang mungkin dimaksudkan untuk menunjukkan kepercayaan diri, justru dianggap warga sebagai bentuk meremehkan aspirasi mereka. Dalam logika rakyat, tantangan ini seperti memberi bensin ke api yang sudah mulai menyala.
2. Masyarakat Bergerak dan Mendirikan Posko

Kumpulan donasi solidaritas warga Pati
Tak butuh waktu lama, gerakan massa mulai terbentuk. Aliansi Masyarakat Pati Bersatu mendirikan posko aksi di Alun-Alun Pati. Spanduk, logistik, dan air mineral mengalir dari sumbangan warga. Target mereka bukan lagi 5.000 orang, tapi 85.000 bahkan hingga 100.000 peserta.

Petani memberikan apa yang ia miliki untuk solidaritas warga Pati
Seperti laga sepak bola yang dipanaskan oleh pernyataan "kami tidak takut kalah", warga justru semakin bersemangat untuk "turun ke lapangan".
3. Pemanasan: Aksi Mahasiswa
Sebenarnya, sebelum puncak aksi, tanda-tanda perlawanan sudah muncul. Pada 3 Juni 2025, mahasiswa menggelar Demo di depan Kantor Bupati. Mereka membakar ban sebagai simbol protes terhadap kenaikan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) hingga 250%.
Aksi ini menjadi semacam babak penyisihan sebelum pertandingan besar — memberi sinyal bahwa ketidakpuasan bukan isapan jempol.
4. Puncak Aksi: 13 Agustus 2025

Polisi dipukul mundur oleh pendemo
13 Agustus 2025 Pagi itu, ribuan warga memadati Alun-Alun dan Pendopo Kabupaten Pati. Terlihat berbagai kelompok: petani, pedagang, mahasiswa, ibu rumah tangga. Mereka membawa poster, spanduk, dan tuntutan yang jelas:
- Batalkan kenaikan PBB-P2
- Mundurkan Bupati Sudewo
- Hentikan proyek videotron dan renovasi alun-alun
- Tolak sistem sekolah lima hari
- Kembalikan tenaga honorer RSUD
Suasana awalnya riuh tapi terkendali, hingga Bupati muncul menemui massa. Di situlah, ketegangan memuncak. Botol plastik dan sandal beterbangan ke arah panggung. Aparat terpaksa menembakkan gas air mata dan mengerahkan water cannon untuk membubarkan kerumunan.
5. Pajak Dibatalkan, DPRD Bergerak : Namun Amarah Masa Terlanjur Tersulut

Kisruh Demo di Pati Mobil Terbakar
Pada 8 Agustus amarah warga pati kian tak terbendung, memaksa Bupati mengumumkan pembatalan kenaikan PBB-P2. Namun, gelombang protes sudah telanjur besar. DPRD Pati mengaktifkan hak angket untuk menyelidiki kebijakan dan pernyataan yang memicu kemarahan publik.
Seperti dalam pertandingan, meski peluit panjang sudah dibunyikan, efek dan evaluasinya akan berlangsung lama.
Timeline Singkat
Tanggal Peristiwa Utama 3 Juni Demo mahasiswa, bakar ban di depan Kantor Bupati. 5 Agustus Bupati tantang 50.000 orang demo. 8 Agustus Pajak dibatalkan, DPRD jalankan hak angket. Awal Agustus Posko aksi dibangun, massa disiapkan hingga 100.000 orang. 13 Agustus Demo besar ricuh di Alun-Alun Pati, gas air mata digunakan. Kisah ini menunjukkan bahwa dalam politik lokal, kata-kata bisa sekuat kebijakan. Tantangan yang terdengar sepele bisa menjadi pemicu gerakan massa, apalagi jika rakyat sudah merasa terdesak oleh kebijakan yang memberatkan.